Atasi Gangguan THT Dengan Ear Candle Terapi


Hilang pendengaran bisa terjadi karena penambahan produksi kotoran di telinga. Akibatnya, gangguan migrain, vertigo, sinusitis, dan tinnitus bisa terjadi.

Susana Budiman (63) memberi solusi dengan alat ear candle untuk mengatasi gangguan semacam itu.

Telinga merupakan alat pengatur pendengaran. Telinga juga berhubungan erat dengan saraf di otak. Lewat perantaraan saraf ini, telinga berhubungan erat dengan saraf tubuh dan organ dalam.

Telinga yang kurang rajin dirawat akan berpengaruh pada reaksi tubuh. Sebut saja rasa nyeri di sekitar kepala seperti yang pernah dialami Susana Budiman. Gangguan lain adalah migrain, vertigo, sinusitis, tinnitus (telinga berdengung), insomnia, mimisan, batuk, pilek. dan hilang pendengaran.

Hilang pendengaran sendiri merupakan gangguan pada urat saraf yang akibatnya menghalangi transmisi gelombang suara. Kehilangan pendengaran bisa disebabkan oleh keturunan, pertambahan usia, penyakit, mengalami kebisingan, dan kotoran yang menelingkup di dalam kanal telinga.

Secara khusus gangguan hilangnya pendengaran akibat kotoran dapat mengganggu fungsi eksternal dan bagian tengah struktur telinga. Pada kasus kehilangan pendengaran ini, terapi medis biasanya menganjurkan untuk rehabilitasi bicara dan mendengar atau pembedahan.

Namun, kadangkala terapi medis tak membuahkan hasil yang diharapkan. Seperti kasus Hermina, warga Sentul, Bogor yang mengalami gangguan pendengaran disertai seringnya migrain dan tak mampu mencium rasa.

Menurut Hermina, berbagai terapi telah dijalani. Sayangnya, telinga dan penciumannya tak kunjung berfungsi. Beruntung, kasus yang dialami Hermina dapat terobati lewat terapi ear candling yang populer di Amerika Serikat sejak enam tahun lalu.

Seperti Sedot Debu

  • Adalah Susana Budiman, yang memperkenalkan terapi ear candling bagi sekitar seribu orang yang telah berhasil diobatinya.

Ear candling adalah terapi dengan memasukkan alat berbentuk lilin yang tengahnya berlubang ke dalam telinga. Alat yang diberi nama ear candle ini terbuat dari campuran bahan sarang lebah dan linen kualitas tinggi.

Proses pengobatannya, ear candle yang telah masuk ke dalam telinga dibakar. Ear candle yang dibakar akan menimbulkan api. Api dalam ear candle menimbulkan panas.

Adanya panas di batang ear candle akan menimbulkan tekanan di dalam daun telinga. Semakin lama, tekanan di dalam telinga semakin besar.

Sementara itu, adanya api akan menimbulkan asap. Asap yang timbul dari batang ear candle itu akan turut masuk ke dalam telinga hingga memenuhi ruang telinga.

Pada kondisi itulah asap yang telah memenuhi ruang telinga mencari jalan keluar. Karena tekanan yang besar dan keberadaan aliran udara di dalam telinga, asap keluar lagi lewat lubang batang ear candle.

“Ketika asap hasil bakaran ear candle keluar lewat lubang batangnya, kotoran yang menempel di gendang telinga ikut terangkat. Nah, kotoran-kotoran itulah yang mengakibatkan gangguan kesehatan di sekitar telinga, hidung, dan tenggorokan. Jadi sebenarnya sistem kerja ear candling ini seperti sedot debu dengan vacuum cleaner,” kata wanita kelahiran Sangir Talaud, Sulawesi Utara ini.

Dua Kanan Dua Kiri

  • Susana menguraikan langkah terapinya. Seperti halnya dokter, ia akan menanyakan setiap keluhan yang dialami pasien. Pasien yang datang biasanya mengeluh pusing menahun dan sinusitis.

Pernah ada pasien dengan keluhan sakit kepala serta pegal-pegal di leher bagian belakang. Limabelas tahun berobat, penyakitnya tak kunjung membaik.

“Menurut pasien itu, setiap kali minum obat, keluhan yang dideritanya hilang. Tapi, beberapa lama kemudian sakit kembali terjadi. Setelah saya terapi dengan ear candle, dia tak lagi mengalami pusing dan pegal-pegal di leher,” tutur ibu empat anak ini.

Setelah mengetahui keluhan pasien, Susana langsung meminta mereka untuk berbaring miring di ranjang di ruang praktiknya. Kemudian ia memeriksa ruang dalam telinga hingga mencapai kedalaman gendang telinga dengan senter khusus.

Biasanya, dari penglihatannya dengan senter itu, ditemukan kotoran yang menyelimuti gendang telinga pasien. Menurutnya, semakin banyak kotoran yang menutupi gendang telinga, bisa dipastikan daya pendengaran akan semakin berkurang dan sakit kepala akan sering terjadi.

Langkah selanjutnya, setelah mengetahui kedalaman kotoran yang menempel di gendang telinga, Susana akan menanyakan lagi daerah yang sering dirasa sakit, kanan atau kiri bila sebelah kanan, ia akan menerapi telinga sebelah kiri terlebih dahulu.

Terapinya dengan memasukkan batangan ear candle yang telah dipasangi lempengan ke dalam telinga. Setelah itu ujung batang ear candle dibakar.

Secara bertahap ear candle dibakar hingga bersisa kurang lebih 5 cm. Sisanya dicabut, lalu dipasang ear candle baru. Setiap kali terapi ia menggunakan dua batang untuk telinga kiri dan dua batang telinga kanan. Lamanya terapi untuk sebatang lilin sekitar 15 menit. Total, untuk seorang pasien, ia bisa menghabiskan waktu selama satu jam.

Dua Kali

  • Setelah proses pembakaran selesai, Susana kemudian membersihkan telinga pasien dengan otolin, cairan antibiotik semacam baby oil.

Menuruthya, karena besarnya, seringkali kotoran tidak bisa terangkat atau menempel di ear
candle.
Untuk itu, ia menggunakan pinset untuk menariknya.

Proses pembersihan selesai, ia kemudian memberikan air putih untuk diminum. “Supaya tenggorokan tidak kering akibat tekanan saat terapi. Selain itu, supaya telinga tidak berdengung,” katanya.

Sampai di sini proses terapi selesai. Pasien biasanya diminta datang sekali hingga empat kali lagi untuk diterapi. Ia menganjurkan pasien untuk tidak melakukan olahraga renang setelah diterapi.

Sumber : kompas.com

Tinggalkan komentar