Terapi Totok Menghentikan Kebiasaan Merokok

 

Terapi Menghentikan Merokok

Terapi Totok Menghentikan Merokok

Saya mem-posting artikel Stop Rokok ini setelah mendapatkan bukti nyata dari pengalaman pribadi saya sendiri. Berbeda dari postingan lain, yang berdasarkan pengalaman saya melakukan terapi atas orang lain, yakni para klien saya, postingan Stop Rokok ini saya awali dari pengalaman melakukan terapi terhadap diri saya sendiri ! Setelah saya benar-benar yakin efek terapi ini telah permanen sebagaimana yang saya rasakan saat ini (pada saat saya mem-posting artikel ini), saya baru berbagi informasi dan pengalaman dengan orang-orang lain melalui blog ini.

Kebiasaan merokok (pada sebagian orang malah berupa “ketergantungan”, “kecanduan”) merupakan hal unik yang terjadi pada kebanyakan orang. Kebiasaan ini bisa berlanjut, bisa berhenti atau timbul tenggelam (kadang “kumat”)… Terjadi pada Anda? Saya pernah mengalaminya. Saya perlu memastikan bahwa setelah 2 tahun sejak melakukan terapi terhadap diri saya sendiri (terapi stop merokok), efek terapi ini benar-benar ngefek. Saya telah benar-benar berhenti merokok pasca terapi 2 tahun silam. Mengapa saya membutuhkan waktu 2 tahun untuk memastikan bahwa efek terapi ini benar-benar ngefek? ada beberapa alasan:

1. Saya (dulunya) adalah perokok. Saya mulai merokok pada usia 10 tahun ketika khitan. Ini adalah korban doktrin tradisi masyarakat di lingkungan masa kecil saya, yang mengharuskan anak laki-laki khitan untuk merokok. Walaupun kala itu tak paham, merokok jugalah, yang kemudian saya tafsiri sebagai sebuah penanda bagi anak laki-laki yang sedang melampaui masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa: ditandai dengan “ritual” merokok ! Entahlah. Yang pasti, saya telah berkenalan dengan rokok. Tetapi kebiasaan saya merokok ini terhenti begitu saja ketika saya bersekolah di SMP. Kelas 3 SMP “kumat” lagi, merokok lagi. Masuk kelas 1 SMA, kebiasaan merokok terhenti. Kelas 2 SMA kumat, merokok lagi, berlanjut hingga lulus SMA dan studi S1. Ketika kuliah inilah kebiasaan merokok mencapai titik kedahsyatan… 🙂. Pasca kelulusan, menikah, masih merokok. Aktivitas merokok paused sementara ketika punya bayi. Artinya, kegiatan merokok dilaksanakan (kayak hansip yak, laksanakan….) di luar jangkauan si bayi, yaitu di lingkungan pergaulan teman-teman. Kebiasaan merokok (kecuali di dekat bayi) berlanjut hingga saya berusia 37 tahun. Saya sempat berkali-kali menghentikan kebiasaan merokok ini pada usia tersebut setelah mendapat advis seorang ahli nutrisi yang mengatakan nikotin dalam tubuh menghancurkan kalsium sehingga memicu kerapuhan tulang, betapapun bagusnya asupan kalsium kita. Nah. Ini memotivasi saya untuk berhenti merokok. Berhasil. Selama 2 tahun saya berhenti merokok karena takut nutrisi asupan kalsium jadi mubazir dan kebayang tulang rontok ! Hehe.. 🙂. Namun, sebuah event kecil membuat saya kumat lagi di usia 39 tahun (saat menyelesaikan penelitian S2). Kembali lagi merokok ! Duh… 🙂. Inilah uniknya kegiatan merokok… hehe.. 🙂

2. Sering kumat merokok walaupun pikiran sadar saya telah memahami dan menyadari bahaya / efek negatif merokok (memasukkan asap ke dalam tubuh). Nah, ketika saya teah memahami prosedur terapi dengan menggunakan hipnosis (hipnoterapi) saya memulai melakukan percobaan terhadap diri saya sendiri. Jika terbukti efeknya permanen, saya yakin bahwa kebiasaan / kecanduan merokok juga bisa diatasi sebagaimana kondisi psikis/ mental negatif yang lain.

3. Pasca terapi pada 2 tahun silam hingga kini (saat posting ini), saya benar-benar telah berhenti merokok dan tidak ingin lagi merokok, sebagaimana yang telah lalu ketika saya berhasil berhenti merokok selama 2 tahun juga namun dalam pikiran masih ada kehendak untuk membutuhkan rokok. Kini, yang saya rasakan adalah: SAYA TIDAK LAGI MEMBUTUHKAN ROKOK. Kondisi pikiran ini berbeda dengan kondisi ketika saya berhgenti merokok selama 2 tahun pada waktu sebelumnya. kala itu, walaupun sama-sama tidak merokok, tetapi dalam pikiran yang dalam (bawah sadar) masih membutuhkan rokok. Kala itu, keputusan untuk STOP MEROKOK adalah karena terpaksa, takut asupan nutrisi kalsium mubazir, takut kena osteoporosis, tulang rapuh, dsb. Namun, suatu ketika ketakutan ini akan lenyap dan berani lagi merokok. Mengapa? Jawabnya sederhana: karena pikiran masih membutuhkan rokok! Kondisi sekarang: pikiran telah TIDAK LAGI MEMBUTUHKAN rokok. Berbeda. Kini, saya disamping tidak merokok, juga tidak membutuhkan rokok dan menjadi tidak nyaman dengan hal-hal yang terkait rokok.

Terapi yang saya terapkan pada diri saya (2 tahun lalu) adalah selama 30 menit. Hasilnya: yang saya rasakan sekarang, terbebas dari kebiasaan merokok. Benar-benar free, tanpa tertekan.

Anda yang berkeinginan berhenti merokok (karena alasan apapun), cobalah edukasi pikiran anda: “SAYA HENTIKAN MEROKOK KARENA SAYA TIDAK MEMBUTUHKANNYA LAGI, KARENA SAYA MEMERLUKAN UDARA SEGAR BAGI PARU-PARU, TUBUH SAYA DAN KELANGSUNGAN HIDUP SAYA”.

Insya Allah kebiasaan merokok akan terhenti. Jika belum ngefek, berarti Anda memerlukan bantuan seorang terapis.

Nikmati kehidupan yang segar, bebas asap rokok, inspirasi otak lebih kaya dan fresh dengan oksigen cukup, bukan asap… 🙂

 

Tinggalkan komentar